Balanced Scorecard

Kamis, 11 Desember 2008

Robert S. Kaplan dan David P. Norton pada tahun 1992 melaporkan hasil-hasil proyek penelitian pada multiperusahaan dan memperkenalkan statu metodologi penilaian kinerja yang berorientasi pada pandangan strategis ke masa depan, yang disebut Balanced Scorecard.

Balanced Scorecard adalah system manajemen strategis yang mendefinisikan system akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan strategi, dan strategi itu sendiri, menurut Kaplan & Norton, diartikan sebagai “pemilihan segen pasar dan pelanggan yang akan dilayani (oleh unit bisnis), pengidentifikasian proses internal dan bisnis yang harus diunggulkan guna memberi nilai kepada pelanggan dalam segmen pasar sasarna, dan memilih kemampuan individual dan organisasional yang dibutuhkan untuk tujuan internal, pelanggan dan keuangan”.

Pada dasarnya, setiap profesi memiliki alat-alat komunikasi yang jelas dengan pengguna akhir (end user), misalnya: akuntan berkomunikasi menggunakan pernyataan-pernyataan (laporan-laporan) financial, insinyur berkomunikasi menggunakan gambar-gambar teknik, arsitek berkomunikasi menggunakan model-model fisik (maket) dan gambar-gambar bangunan, dokter berkomunikasi menggunakan hasil-hasil analisis laboratorium, dan lain-lain. Namun bagamana orang-orang yang terlibat dalam perencanaan strategis perusahaan-misalnya dewan direksi perusahaan, manajer-manajer, supervisor, dan karyawan- berkomunikasi?

Bentuk komunikasi tersebut, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang seperti di Indonesia, masih menjadi masalah. Produk akhir (baik berupa barang maupun jasa), rencana strategis, proses-proses manajemen, tidak dikomunikasikan secara baik kepada pengguna akhir. Tabel ataupun grafik berwarna, cover buku yang cantik, format dan gaya penulisan yang impresif, mungkin saja menunjukkan suatu perencanaan bisnis strategis perusahaan yang professional, namum sayangnya upaya-upaya awal yang menggunakan banyak sumber daya (waktu, uang dan tenaga) itu tidak berdampak bagi orang-orang yang harus melaksanakan rencana-rencana bisnis strategis tersebut. Sebagai konsekuensi pelaksanaan rencana bisnis strategis yang buruk itu, hasil-hasil yang diperoleh organisasi bisnis tersebut yidak memuaskan. Fakta yang menyedihkan ini berdampak serius pada orang-orang di posisi manajemen bisnis; orang bisa stress ataupun stroke!

Menurut Evans dalam Balanced Scorecard Collaborative (2002), ada empat faktor penghambat dalam implementasi rencana-rencana bisnis strategis sehingga rencana-rencana bisnis strategis yang telah dirancang sedemikian lupa senantiasa mengalami kegagalan. Keempat factor tersebut, yaitu :

1. Hambatan Visi (Vision Barrier), dimana tidak banyak orang dalam organisasi yang memahami strategi organisasi mereka.

2. Hambatan Orang (People Barrier), banyak orang dalam organisasi memiliki tujuan yang tidak terkait dengan strategi organisasi.

3. Hambatan Sumber Daya (Resource Barrier), waktu, energi dan uang tidak dialokasikan pada hal-hal penting (kritis) dalam organisasi. Misalkan, anggran tidak dikaitkan dengan strategi bisnis, sehingga menghasilkan pemborosan sumber daya.

4. Hambatan Manajemen (Management Barrier), manajemen menghabiskan terlalu sedikit waktu untuk stratego organisasi dan terlalu banyak waktu untuk pembuatan keputusan taktis jangka pendek.

Berdasarkan kenyataan di atas, dibutuhkan suatu cara baru untuk mengkomunikasikan rencana-rencana bisnis straegis kepada pengguna akhir, dalam hal ini adalah karyawan yang kan melaksanakan rencana-rencana bisnis strategis itu. Alat komunikasi antara manajemen organisasi dan karyawan itu adalah Balanced Scorecard, yang kan membuat rencana-rencana bisnis strategis akan mencapai setiap orang dalam organisasi, karena semua orang dalam organsiasi telah memiliki alat komunikasi (bahasa) yang sama. Apabila rencana-rencana strategis bisnis itu dinyatakan dalam bentuk pengukuran dan target, akryawan dapat mengerti dan mengaitkan dengan apa ayng akan terjadi. Hal ini mengarah pada pelaksanaan rencana-rencana strategis yang lebih baik.

Pada dasarnya Balanced Scorecard merupakan sistem manajemen bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam jangka panjang-untuk pelanggan (costumer), pembelajaran dan pertumbuhan karyawan, termasuk manajemen (learning and growth), proses bisnis internal (sistem)-demi memperoleh hasil-hasil finansial yang memungkinkan perkembangan organisasi bisnis daripada sekadar mengelola bottom line untuk memacu hasil-hasil jangka pendek. Dalam Balanced Scorecard kerangka kerja konseptual berupa visi dan misi diterjemahkan menjadi sekumpulan indikator kinerja yang terbagi di antara empat perspektif. Kinerja diukur dari perspektif:

Finansial;

Pelanggan;

Proses Bisnis Internal; dan

Pembelajaran & Pertumbuhan.

Balanced scorecard memberikan sebuah sistem manajemen berdasarkan pengukuran siklus waktu dan biaya dari proses, pertumbuhan dan kepuasan pegawai, kepuasan pelanggan, data keuangan. Pengukuran dengan metode balanced scorecard dilakukan dengan merujuk kepada rencana strategis, sehingga dapat digunakan untuk menilai kesesuaiannya dengan rencana strategis.

0 comments: